Ini tugas dari kepala sekolah.......
Assalamu’alaikum WR. WB.
Saya Kamilatun Nisa’, siswi
dari King Abdul Aziz Vocational Secondary School, Siliragung, Banyuwangi.
Setiap hari Senin, saya beserta semua warga sekolah mengikuti kegiatan rutin
yaitu upacara bendera di halaman sekolah. Dalam tiap-tiap upacara pasti selalu
ada amanat yang disampaikan oleh inspektur upacara kepada murid-murid tercinta.
“Sama-sama upacara, tapi upacara kita berbeda” kata Ustadz Misbah
selaku inspektur upacara waktu itu. Di manakah letak perbedaannya? Jika di
lembaga atau sekolah formal lain, upacara yang dilakukan layaknya upacara hari
senin pada umumnya. Seperti yang pernah saya rasakan beberapa tahun lalu saat
saya masih di Sekolah Dasar, amanat yang disampaikan tidak menyangkut pada
agama secara detail, bahkan mungkin tidak menyangkut sama sekali. Mungkin,
karena siswa di SD tidak hanya muslim saja dan inspektur upacara juga kurang
mendalami tentang ilmu agama.
Di Pondok Pesantren Modern Terpadu King Abdul Aziz, adalah upacara ber-password.
Namanya juga modern, ya mengikuti globalisasi dong J. Zaman sekarang ini, apa sih yang tidak menggunakan password? Dari yang mulai tidak memakai koneksi
internet sampai yang memakai, semua ada passwordnya.
Password yang digunakan dalam upacara, dimulai dengan 10 konsep
menuntut ilmu dari Imam Ghozali. Tapi, tulisan ini hanya terdiri dari 4
konsep, yaitu :
1.
Mengutamakan kebersihan hati dari ahlaq-ahlaq tercela dan perbuatan
hina.
2.
Meminimalisir perkara yang bersangkutan dengan dunia & hijrah
dari keluarga dan daerah lain
3.
Jangan berbuat sombong terhadap ilmu & jangan menggurui guru
4.
Mencari sebab yang bisa menemukan beberapa kemuliaan-kemuliaan ilmu
Konsep
yang pertama adalah Mengutamakan kebersihan hati dari ahlaq-ahlaq tercela dan
perbuatan hina.
Membicarakan tentang konsep itu,
langsung melintas di pikiran, gambaran betapa ndugalnya anak-anak sekarang. Di
zaman yang sudah seperti ini jarang sekali pelajar yang menerapkan konsep
seperti itu, sangat sulit sekali mencarinya bagaikan mencari satu kutu di tubuh
kerbau raksasa yang lebat bulunya. Mungkin sebenarnya mereka lahir dari
keluarga baik-baik(maksudnya, benar-benar muslim) tapi karena terpengaruh dunia
luar yang campur aduk bagaikan es dawet, iman anak itu tidak kuat. Kan memang su’ul khuluqi yu’di (keburukan budi
pekerti itu menjalar). Faktornya, karena dia tidak belajar ilmu agama dengan
baik. Oke, di sekolah luar ( SMP, SMA, dsb ) ada pelajaran agama. Tetapi itu
sungguh tidak mencukupi untuk mendinginkan hati mereka dari panasnya dunia, dan
tidak cukup untuk membentuk ahlaqul karimah seperti program yang
digembor-gemborkan oleh pemerintah, kecuali jika mendapat hidayah dari Allah.
Jadi, bagaimana agar hati kita
bersih dari ahlaq-ahlaq tercela dan perbuatan hina? Caranya adalah dengan
berusaha membiasakan diri untuk berbuat baik selalu kepada semuanya, bisa
orang, binatang, tumbuhan, ataupun benda mati, dan jangan lupa berdo’a kepada
Allah. Dengan begitu, lama-lama kita akan melakukan hal-hal baik dengan
sendirinya. Dan akhirnya, tak ada lagi ahlaq tercela dan perbuatan hina yang
hinggap dalam hati dan diri kita. Ya, kita terbebas darinya.
Konsep yang kedua, Meminimalisir
perkara yang bersangkutan dengan dunia & hijrah dari keluarga dan daerah
lain.
Dalam konsep yang ini, kalau menurut saya masih ada sangkut pautnya
dengan konsep yang pertama. Kebanyakan ahlaq tercela dan perbuatan hina itu ada
dalam perkara dunia, dan perkara dunia juga banyak mengandung perbuatan yang
kurang penting. Tapi bukan berarti gak ada perkara dunia yang baik, ya? Banyak
kok yang baik, tergantung pribadi masing-masing. Kadang-kadang, perkara yang
baik itu bisa menjadi perkara yang buruk. Dan perkara yang buruk, gak selamanya
selalu buruk, ia juga punya manfaat. Contoh, menolong. Menolong itu adalah
kebaikan. Tapi, kalau kita menolong seseorang untuk membunuh, untuk mencuri,
kan jadinya badness. Perang atau berkelahi itu berbahaya, termasuk
kekerasan, kadang juga berdarah. Tapi, kalau kita berperang untuk membela agama
kita, negara kita, kerajaan kita, itu jadi perkara yang baik. Perang? Di jaman
sekarang, perang adalah suatu keburukan. Khususnya di Indonesia. Mau bela
agama? Islam udah jaya. Negara? Udah merdeka, tuh. Kerajaan? Kerajaan yang
mana?
Perang sekarang namanya tawuran, dan paling sering pelakunya adalah
para pelajar dan mahasiswa. Bukannya belajar malah bikin onar. Bagaimana mau
dapat ilmu yang suci? Perkara dunia itu banyak sekali, saya yakin semuanya udah
pada tau apa aja itu perkara dunia. Ada yang positif ada yang negatif. Nah, berarti
perkara dunia yang harus diminimalisir kalau kita ingin mendapatkan ilmu
yang manfaat barokah adalah perkara dunia yang negatif. Yang positif InsyaAllah
masuknya ke akhirot. Kok bisa? Positif itu kan baik, yang baik itu biasanya
banyak benernya, dan yang bener itu dapat pahala, yang dapat pahala kan dicatat
pada buku amal kebaikan, itu buat masa depan akhirat. Tapi waullohu a’lam.
Perlu juga bagi kita untuk hijrah dari keluarga dan juga daerah
lain untuk mendapatkan ilmu yang manfaat barokah menurut Imam Ghozali. Diibaratkan
pelaku itu adalah orang yang dimintai tolong oleh warga di daerahnya untuk
mengambil air untuk minum para warga karena kehausan di musim kemarau.
Orang-orang itu sangat mengharapkan kamu kembali dengan membawa air. Air yang
enak, yang segar, bening, dan tentunya yang suci. Maka, usahakanlah untuk
mendapatkannya semaksimal mungkin.
Konsep yang selanjutnya, Jangan berbuat sombong terhadap ilmu
& jangan menggurui guru.
Dimana-mana, dari dulu dan sampai kapanpun, siapapun atau apapun
objeknya, yang namanya sombong itu tidak pernah dan tidak akan pernah bernilai
positif. Sombong itu adalah suatu penyakit yang wajib dibasmi, dan pelakunya
pun juga perlu dibasmi. Yang akan dibahas di sini adalah sombong yang objeknya ilmu.
Tidak hanya manusia saja yang bisa membalas kesombonganmu dengan sesuatu yang
tidak meng-enakkan, tapi ilmu juga bisa. Yang membalaskan adalah Allah. Ilmu
itu milik Allah, kalau disombongin tentu pemiliknya gak terima dong. Apa yang mau
kamu sombongin? Menyombongkan kepintaranmu? Justru kamu akan terlihat bodoh.
Orang yang pintar itu tidak akan sombong, karena tau kalau sombong itu adalah
ahlaq tercela, dan tidak boleh ditiru. Orang yang sombong terhadap ilmu dia
akan merasa pintar, merasa dirinya tau semuanya, dan akhirnya menggurui
gurunya, cuek dengan gurunya, mulutnya jadi seribu beterbangan di dalam kelas
alias mulutnya celometan, tidak percaya
lagi kepada gurunya padahal dia belum tau tentang ilmu yang disampaikan saat itu. Adabnya, meskipun sebenarnya kita
sudah tau tentang ilmu itu, mungkin karena sudah pernah mendengar dari
orang/media yang lain, mungkin juga gurunya lupa kalau sudah pernah
menyampaikan hal itu kepada muridnya, tapi kita harus tetap mendengarkan dan
menghargainya seolah baru pertama kali mendengar, padahal sudah yang ke-sekian
kali. Pasang muka serius, mata melotot madep depan, gak tolah-toleh. Bakal
semakin pintar kamu, gak ada ruginya. Mungkin bosan? InsyaAlloh kalau ikhlas
enggak kok.
Efek yang ditimbulkan dari sombong terhadap ilmu dan menggurui guru
itu fatal sekali. Kamu tidak akan mendapatkan ilmu yang manfaat serta barokah,
meskipun nyatanya kamu pintar. Oke, saat masih dalam proses menuntut ilmu belum
terasa. Tapi, tunggu nanti saat tholabul ‘ilmimu selesai.
Yang ke-empat atau yang terakhir adalah Mencari sebab yang bisa
menemukan beberapa kemuliaan-kemuliaan ilmu.
Ada sebab, ada akibat. Sebabnya buruk, akibatnya pun buruk.
Sebabnya baik, akibatnya juga baik. Sebenarnya, apa saja sih yang menyebabkan kita
bisa menemukan kemuliaan-kemuliaan ilmu? Lakukan saja ketiga konsep sebelum ini
serta hal-hal baik lainnya. Ilmu itu bagaikan emas, berlian, permata, dll.
Emas, berlian, dan permata adalah logam mulia. Dan logam mulia itu dicari-cari
banyak orang. Kira-kira lebih banyak orang yang mencari logam mulia atau ilmu
yang mulia, ya?
Ya..kalau masih berstatuskan sebagai pelajar, cari saja ilmu mulia
yang sebanyak-banyaknya. InsyaAllah dengan mengantongi banyak ilmu mulia, kelak
logam mulia akan terkantongi dengan sendirinya. Betul tidak?
Sekian, tugas menulis saya. Syukron katsir...
Wassalamu’alaikum WR. WB
Banyuwangi,
Kamis 27 Februari 2014
Written
by. كَامِلَةُ النِّسَاءِ
Komentar
Posting Komentar
You may say anything about me, because it is your right. And i also may say anything about you, because it is my right.