Ada
apa dengan judul saya? Entah, selepas saya bangun dari tidur siang, saya ingin
saja menuliskan tentang ini. Saya mengingat-ingat kejadian yang pernah saya
alami, orang-orang yang ada di dunia ini termasuk yang di TV (yang saya nggak
kenal sama sekali), dan semuanya tentang mereka. Ehem.
Melihat
dan memerhatikan apa yang mereka lakukan (nggak kepo, tapi emang lagi
menganalisa sih...maklumlah introvert memang memiliki karakter tersebut),
okelah katakan saja mereka baik. Memang baik. Peduli dengan sesama, suka
menolong, tak segan-segan mengeluarkan hartanya untuk mereka yang membutuhkan,
tidak melakukan suatu hal kerusakan, cinta lingkungan, dan kebaikan-kebaikan
lain yang bisa kalian sebutkan sendiri. Apapun itu.
Benar-benar
bikin hati adem saat melihatnya, benar-benar terkesan saat melihat senyum
tulusnya merekah, benar-benar membuat saya terpesona. *Arree!!??-_-
Tetapi,
apakah dia juga sudah berbuat baik pada Tuhan? Kenapa nanya gitu, Mil?
Begini...
Saya
tidak bermaksud men-judge siapapun ya, tapi dari yang sudah pernah saya
pelajari di Islamic Boarding School tempat saya menuntut ilmu selama
ini, sebagai manusia kita diharuskan untuk menjaga hubungan baik dengan Tuhan
dan juga hubungan baik dengan sesama manusia. Ustadz saya biasa menyampaikan
bahwa hablum minallah wa hablum minannas harus sama-sama baik.
Untuk
kasus di atas, hubungan dengan sesama sudah baik dan patut dicontoh serta
diacungi jempol. Jujur, iya. Ramah, ho’oh. Sopan, emang. Wow banget di
mata manusia deh pokoknya. Setelah kita tahu pada akhirnya...
Ternyata
dia tidak berbuat baik pada Tuhannya. Dia tidak menyembah Tuhannya. Jangankan
menyembah, sekedar ingat saja mungkin tidak. Memang sih, dia berbuat baik pada
sesama itu seolah menunjukkan bahwa dia juga berbuat baik pada Tuhan karena kebaikan-kebaikan
di atas juga perintah Tuhan. Namun, ya begitulah...tetap saja beda. Seolah
Tuhan tak ada. Dia melakukan semua hal yang dia lakukan karena memang
kekuatannya, kekayaan yang di dapat juga merupakan hasil dari kerja kerasnya.
Intinya, Tuhan tak ada...bagi dia.
Sosialisasinya
bagus. Masuk dalam semua lapisan masyarakat. Bergaul dengan berbagai pemeluk
agama lain, dan sebagainya. Teman Hindunya makan daging babi, dia yang muslim
juga ikutan makan, katanya menghargai teman. Nah loh! Teman Bulenya
(yang non muslim) minum wine, dia ditawarin lalu menerima untuk
meminumnya, katanya nggak apalah. Loh kok? Diajak tidur pacarnya,
bersedia. Katanya “kan kita saling cinta”, padahal itu zina.
Okay, fine! Kita
bisa temenan sama siapa aja, tapi jangan ikutan yang mereka lakukan donk kalau
Tuhan kita melarang itu -_-. Itu budaya mereka, ya mau gimana lagi masak kita
mau ubah budaya orang? Agama mereka ngebolehin, tapi kan agama lo enggak.
Mereka pasti akan memahami kita kok kalau kita mau ngomong terus terang.
“Ma’af...aku
nggak minum wine...”
“Loh,
kenapa?”
“Aku
muslim.”
“Oh,
maaf...it’s okay ^_^”
Huuahh..!
Saya jadi inget salah satu adegan dalam film india berjudul “Ladies vs Ricky
Bahl” nih. Saya salut banget sama hubungan pertemanan mereka. 2 cewek hindu,
dan 1 cewek muslim. Saat misi mereka berhasil, mereka merayakan dengan minum 1
botol wine diminum barengan. Dari peminum pertama diberikan kepada
peminum kedua (yang sama-sama hindu), nah...pas nyampe orang ketiga (yaitu si
cewek muslim), cewek hindu menahan botolnya alias nggak jadi ngasih ke teman
muslimnya, karena dia tahu bahwa muslim tidak boleh minum yang semacam itu.
Pengertian kan tuh si cewe hindu? Tapi, yang aku nggak suka...adalah....si
cewek muslim justru meraih botol itu dan ikutan minum -_-. A..aaa...it’s
not good... Padahal temen hindunya kan udah ngerti... (yea..tergantung
orangnya).
That’s all about
hubungan baik terhadap sesama dan tidak untuk Tuhannya.
Bagian
kedua, hubungannya dengan Tuhan sudah baik tapi tidak baik dengan sesama.
Semua
ibadah dilakukannya. Mulai dari baca syahadat (dari rukun islam yang pertama
donk..), sholat, zakat, puasa, dan juga haji sudah dilakukan semuanya. Sholat
tahajud, sholat tasbih, sholat dhuha, sholat istikharah,
sholat...hhmm...pokoknya segala sholat sunah semua juga dilakukan. Dengan cara
yang benar dan kekhusuk’an tingkat tinggi. Rajin banget sholat, sampai jidadnya
menghitam, jegagagagax.
Dia
juga ahli puasa, segala macam puasa juga dilakukannya (baik yang wajib maupun
yang sunnah). Haji 50 kali, umroh 100 kali, *eh contohmu terlalu lebay, Mil...banyak
banget! Iya-iya, maaf. Haji berkali-kali, begitupun dengan umrohnya. Nah,
padahal menurut yang saya pelajari di Islamic Boarding School tuh haji
yang wajib hanya sekali dan selebihnya adalah sunah. Daripada kita haji
berkali-kali, lebih baik memberangkatkan orang haji berkali-kali. Lebih manfaat
tuh. Atau, bisa juga uangnya disedekahkan untuk kepentingan umat, seperti membangun
masjid, pesantren, madrasah, mushola, de-el-el.
Kata
ustadz saya:
Masuk surga tuh jangan sendiri, ajaklah yang lain juga...
Emang lo mau kesepian di surga? :D Gue mah ogah!
Nah,
gimana? Ngerti kan maksud saya tuh apa? Pasti ngerti donk ... -_^
Sok-sok
alim, semua ibadah dilahap, tapi seringkali nyakitin tetangga. Tetangganya
menyapa dengan senyuman termanis sedunia, eh dia cuek-cuek aja, ditolehpun
enggak. Katanya, ntar dosa ngeliat yang non muhrim. Asalkan tidak mengundang
syahwat nggak apa kok, yang wajar saja tapi ya. Kalau disapa, ya merespon
dengan baik. Membuat malu orang lain tuh, nggak boleh loh.
Ustadz
saya pernah bercerita begini:
Ada
seseorang (kalau nggak salah, ulama kali ya..saya lupa namanya) ingin membeli
sesuatu di sebuah toko. Kebetulan, penjaganya adalah perempuan (katakan saja,
mbak-mbak). Si pembeli masih memilih barang yang mau dibelinya, tiba-tiba si
mbak-mbak tersebut tidak sengaja atau memang kelepasan karena tidak kuat
menahannya lagi, ya...dia-maaf-kentut. Langsung saja, mbak itu malu banget. Ya
pasti donk... coba kalian bayangin, kalian lagi di depan lawan jenis yang tidak
kalian kenal terus kalian kentut. Hah! Mau ditaruh mana tuh muka?
Tapi,
apa yang dilakukan pembeli itu? Ada yang tahu?
Dengan
mentalnya yang sudah berada di dasar jurang (saking malunya), mbak-mbak
bertanya pada pembeli itu hendak membeli apa. Si pembeli tidak menjawab.
Mbak-mbak mengulangi pertanyaannya lagi, tapi tetap tak ada jawaban. Hal itu
terjadi berulang-ulang. Akhirnya, si mbak-mbak bertanya lagi dengan sedikit
berteriak “MAU BELI APA???”
“Ini...saya
mau beli ini...” si pembeli baru dengar.
“Heh?
Ternyata pendengarannya tidak begitu baik? Syukurlah...pasti dia tadi nggak
denger pas aku lagi kentut. Hufftt..” ucap si mbak-mbak lega dalam hati yang
paaaling dalam.
Mbak-mbaknya
nggak jadi malu deh...
Keren
banget kan cara si pembeli agar tidak membuat orang lain malu? Padahal
sebenarnya, pengen banget ketawa tuh :D.
Begitulah.
Intinya, untuk bagian yang kedua merupakan kebalikan dari bagian yang pertama.
Kalian pasti ngerti maksud saya. Udah, gitu aja J.
Thank you so much for reading! See ya...
Komentar
Posting Komentar
You may say anything about me, because it is your right. And i also may say anything about you, because it is my right.