Pertamakalinya Aku Berinteraksi Sama Selebriti | Meet and Greet Maudy Ayunda | Buku Dear Tomorrow | Gramedia Matraman
Anak muda mana sih yang nggak tau Maudy Ayunda? Mungkin banyak ya, haha. Kebanyakan yang suka (baca:ngefans) Maudy itu adalah mereka-mereka yang berpendidikan, yang peduli terhadap pendidikan, dan satu lagi (kurasa) yang bisa Bahasa Inggris.
Why?
Karena Maudy emang tipe orang yang kek begitu juga. Jangan munafik, sebenarnya kita lebih menyukai orang-orang yang memiliki kesamaan dengan kita to?
*ini bukan kata-kataku, tapi aku lupa sumbernya.
Maudy ini adalah sosok yang menginspirasi banyak orang, anak muda khususnya ya. Kalau kamu fansnya dia, pasti sudah taulah ya. Jujur, aku tidak tahu apa-apa tentang Maudy karena aku bukan salah satu fansnya.
Sebenarnya, dia selebriti kedua yang aku pernah ketemu, tapi seleb yang pertama aku berinteraksi. *Piye to iki bahasaku -_-.
Pertama aku ketemu (tidak berinteraksi, tidak sengaja pula) sama seleb itu di Car Free Day Bundaran HI, sama Syakir Daulay. Aku kaget kenapa cewek-cewek pada lari ke satu titik sambil teriak-teriak histeris, aku mencoba mengintip, ternyata ada makhluk tampan yang aku tidak tahu namanya dan merasa tidak pernah liat dia di TV, sepupuku bilang itu Syakir Daulay. Aku sempet motret dia sekali. Ni, fotonya...
Kedua aku ketemu (berinteraksi, sengaja) sama Maudy A. ini. Katanya nggak ngefans, tapi kenapa dateng?
Ada seorang temanku yang suka Maudy Ayunda, tapi posisi dia tidak memungkinkan untuk datang karena dia masih di kampung halaman, dan baru akan ke Jakarta pada pertengahan bulan July ini. Dia ingin buku yang ditandatangani sama Maudy. Berhubung aku di Jakarta, dan Gramedia Matraman itu dekat dengan tempat kerjaku di Jakarta Pusat (gojek hanya 10k), serta sosok Maudy yang tidak masuk dalam kategori seleb tidak membawa manfaat, jadi aku iyakan untuk pergi ke sana.
Hari Sabtu, kerjaku masuk, dan pulang jam 2. Sekitar setengah jam setelah absen pulang, aku order go-ride dengan destinasi Gramedia Bookstore Matraman. Karena dulu pernah ke situ juga, dan sepertinya tak butuh waktu lama, jadi aku berani order jam segitu (acara dimulai pukul 03.00 pm).
Tapi nggak tau kenapa, kemarin itu adalah driver gojek paling menyebalkan yang pernah aku dapatkan. Jemputnya lama banget, sumpah ya nggak pernah ada driver motor jemput aku selama itu kalo lokasi penjemputan di tempat kerjaku. Pas dateng, tangannya kotor banget, katanya abis dari bengkel -_- (mbuhlah bener atau enggak). Di jalan, dia membuatku mengeluarkan sumpah-sumpah serapah entah kepada siapa. Cara bawa motornya itu nggak banget. Pertamakalinya aku naik motor sampai mual ya kemarin itu. Ngegas, rem. Ngegas, rem. Begitu terus dari awal sampe akhir. Dia ngerem, padahal di depan enggak ada apa-apa, alias kosong! Posisi dia ada di tengah jalan, dan pelan. Ya pastilah, mobil-mobil pada nglakson -_-. Ada mobil yang mendahului ngebut banget, aku ngebayangin seandainya driver gojek ini meleng ke kanan sedikit saja, tamatlah riwayatku. Aku tanya apakah kamu ngantuk, Pak. Dia bilang enggak. Atau jangan-jangan dia mabuk?
"Ni orang g*bl*k banget bawa motornya." keluhku dalam hati. Ingin rasanya aku turun, tapi ntar aku yang rugi.
Andai saja kamu merasakan jadi aku sebentar saja, takkan sanggup hatimu terima sakit ini begitu parah... (Lagunya Judika)
Setelah nyampe, dia kukasih bintang 2. Dan sebagai pelanggan yang baik, kuutarakan semua kesalahan dia pada gojek demi kebaikan gojek.
Aku ke lantai 2, beli bukunya Maudy, Dear Tomorrow dua buah dengan harga satuannya Rp.129.000. Aku harus nyari Function Room tempat acara digelar, tapi tidak ketemu. Kata mbak-mbak gramednya ada di lantai 3, pojokan, ruangan kaca. Aku ke sana. Maudy sudah ngomong, itu artinya aku telat.
Aku mengantri entah di antrian apa. Dari belakang ada yang bertanya padaku (sepertinya crew), "udah registrasi? registrasi dulu,"
Aku pindah antrian :D, cukup isi data seperti nama, alamat, dan nomor hp. Setiap orang ditanya apakah punya bukunya, kalau punya akan dikasih nomor urut untuk mendapatkan tanda tangan dan bisa foto bareng Maudy. Aku nomor 110.
Duduknya lesehan, dan kayaknya hanya sekitar seratus sekian orang gitu, nggak penuh-penuh banget. Ya begitulah di negaraku, tidak banyak yang menyukai tokoh pintar.
Aku ingin tau, apakah semua yang datang ini fansnya Maudy atau bukan, jadi aku beranikan diri untuk bertanya pada seseorang yang duduk di sebelah kiriku.
"Mbak punya bukunya?" tanyaku.
"Punya,"
"Fansnya Maudy?"
"Iya. Kalau kamu?"
"Bukan sih. Temenku pengen tandatangannya, dia gabisa dateng. Karena aku di Jakarta, jadi dia minta aku dateng. Oya, nomor urut berapa?"
"132. Kamu?" kalo aku nggak salah inget ya.
"110. Eh aku duluan ya?"
"Iya,"
Aku tidak melihat orang selain aku yang membawa 2 buku, artinya dapat dua tanda tangan. Aku takut tidak diperbolehkan. Akhirnya, ketika nomor urutku disebut, aku buru-buru nyamperin Maudy, dan aku bilang, "Kak, boleh nggak 2 buku? Soalnya satunya buat temenku," dia jawab boleh kok sambil senyum.
Sekali manggil, itu empat-empat. Ya anehlah foto bersama orang yang nggak kita harapkan keberadaanya dalam foto itu, iya nggak sih? Mana petugas yang motretin enggak ngerti DSLR lagi -_-, nih fotoku semua blur, fokusnya enggak diputer-puter sama dia, enggak dicari.
Oya, yang lain pada salaman, dan aku enggak kepikiran. Sempet pas ngebuka buku, enggak sengaja nyenggol lengannya, sepertinya berbulu juga, haha. Ya udah sih, begitu doank. Sebelum jam 5 ternyata sudah selesai. Aku muter-muter dulu di Gramedia, dan mengangkut 4 buku selain 2 Dear Tomorrownya Maudy tadi.
Pengalaman yang aku dapatkan adalah ternyata biasa saja ketemu sama selebriti yang biasanya cuma bisa kita tonton di TV. Ya udah sih ya, sama-sama makhluk ciptaan Allah. Bedanya adalah dia popular dan kita mungkin belum, hehe. Maudy ramah, murah senyum.
Aku tertarik untuk motret kaos mas-mas ini. Sepertinya dia ngefans banget sama Maudy sampe ke lokasi pake kaos ini, hehe.
Why?
Karena Maudy emang tipe orang yang kek begitu juga. Jangan munafik, sebenarnya kita lebih menyukai orang-orang yang memiliki kesamaan dengan kita to?
*ini bukan kata-kataku, tapi aku lupa sumbernya.
Maudy ini adalah sosok yang menginspirasi banyak orang, anak muda khususnya ya. Kalau kamu fansnya dia, pasti sudah taulah ya. Jujur, aku tidak tahu apa-apa tentang Maudy karena aku bukan salah satu fansnya.
aku kebagian tempat paling belakang euy karena telat |
Sebenarnya, dia selebriti kedua yang aku pernah ketemu, tapi seleb yang pertama aku berinteraksi. *Piye to iki bahasaku -_-.
Pertama aku ketemu (tidak berinteraksi, tidak sengaja pula) sama seleb itu di Car Free Day Bundaran HI, sama Syakir Daulay. Aku kaget kenapa cewek-cewek pada lari ke satu titik sambil teriak-teriak histeris, aku mencoba mengintip, ternyata ada makhluk tampan yang aku tidak tahu namanya dan merasa tidak pernah liat dia di TV, sepupuku bilang itu Syakir Daulay. Aku sempet motret dia sekali. Ni, fotonya...
cuma ini doank foto yang bisa kambil, haha |
Ada seorang temanku yang suka Maudy Ayunda, tapi posisi dia tidak memungkinkan untuk datang karena dia masih di kampung halaman, dan baru akan ke Jakarta pada pertengahan bulan July ini. Dia ingin buku yang ditandatangani sama Maudy. Berhubung aku di Jakarta, dan Gramedia Matraman itu dekat dengan tempat kerjaku di Jakarta Pusat (gojek hanya 10k), serta sosok Maudy yang tidak masuk dalam kategori seleb tidak membawa manfaat, jadi aku iyakan untuk pergi ke sana.
Tapi nggak tau kenapa, kemarin itu adalah driver gojek paling menyebalkan yang pernah aku dapatkan. Jemputnya lama banget, sumpah ya nggak pernah ada driver motor jemput aku selama itu kalo lokasi penjemputan di tempat kerjaku. Pas dateng, tangannya kotor banget, katanya abis dari bengkel -_- (mbuhlah bener atau enggak). Di jalan, dia membuatku mengeluarkan sumpah-sumpah serapah entah kepada siapa. Cara bawa motornya itu nggak banget. Pertamakalinya aku naik motor sampai mual ya kemarin itu. Ngegas, rem. Ngegas, rem. Begitu terus dari awal sampe akhir. Dia ngerem, padahal di depan enggak ada apa-apa, alias kosong! Posisi dia ada di tengah jalan, dan pelan. Ya pastilah, mobil-mobil pada nglakson -_-. Ada mobil yang mendahului ngebut banget, aku ngebayangin seandainya driver gojek ini meleng ke kanan sedikit saja, tamatlah riwayatku. Aku tanya apakah kamu ngantuk, Pak. Dia bilang enggak. Atau jangan-jangan dia mabuk?
"Ni orang g*bl*k banget bawa motornya." keluhku dalam hati. Ingin rasanya aku turun, tapi ntar aku yang rugi.
Andai saja kamu merasakan jadi aku sebentar saja, takkan sanggup hatimu terima sakit ini begitu parah... (Lagunya Judika)
Setelah nyampe, dia kukasih bintang 2. Dan sebagai pelanggan yang baik, kuutarakan semua kesalahan dia pada gojek demi kebaikan gojek.
baru ngeh kalo buku ini pake English |
Aku mengantri entah di antrian apa. Dari belakang ada yang bertanya padaku (sepertinya crew), "udah registrasi? registrasi dulu,"
Aku pindah antrian :D, cukup isi data seperti nama, alamat, dan nomor hp. Setiap orang ditanya apakah punya bukunya, kalau punya akan dikasih nomor urut untuk mendapatkan tanda tangan dan bisa foto bareng Maudy. Aku nomor 110.
Duduknya lesehan, dan kayaknya hanya sekitar seratus sekian orang gitu, nggak penuh-penuh banget. Ya begitulah di negaraku, tidak banyak yang menyukai tokoh pintar.
Aku ingin tau, apakah semua yang datang ini fansnya Maudy atau bukan, jadi aku beranikan diri untuk bertanya pada seseorang yang duduk di sebelah kiriku.
"Mbak punya bukunya?" tanyaku.
"Punya,"
"Fansnya Maudy?"
"Iya. Kalau kamu?"
"Bukan sih. Temenku pengen tandatangannya, dia gabisa dateng. Karena aku di Jakarta, jadi dia minta aku dateng. Oya, nomor urut berapa?"
"132. Kamu?" kalo aku nggak salah inget ya.
"110. Eh aku duluan ya?"
"Iya,"
Aku tidak melihat orang selain aku yang membawa 2 buku, artinya dapat dua tanda tangan. Aku takut tidak diperbolehkan. Akhirnya, ketika nomor urutku disebut, aku buru-buru nyamperin Maudy, dan aku bilang, "Kak, boleh nggak 2 buku? Soalnya satunya buat temenku," dia jawab boleh kok sambil senyum.
kelihatan banget kalo yang motret gak nyari titik fokus |
nah itu tangan berbulu kita senggolan :D |
yang lain mulai berdatangan |
siapa mereka? aku nggak kenal -_- |
foto bersama orang yang tidak diharapkan |
di depan kita itu banyak yang ngeliatin, jadi aku gabisa pose :(, malu |
Oya, yang lain pada salaman, dan aku enggak kepikiran. Sempet pas ngebuka buku, enggak sengaja nyenggol lengannya, sepertinya berbulu juga, haha. Ya udah sih, begitu doank. Sebelum jam 5 ternyata sudah selesai. Aku muter-muter dulu di Gramedia, dan mengangkut 4 buku selain 2 Dear Tomorrownya Maudy tadi.
Pengalaman yang aku dapatkan adalah ternyata biasa saja ketemu sama selebriti yang biasanya cuma bisa kita tonton di TV. Ya udah sih ya, sama-sama makhluk ciptaan Allah. Bedanya adalah dia popular dan kita mungkin belum, hehe. Maudy ramah, murah senyum.
Aku tertarik untuk motret kaos mas-mas ini. Sepertinya dia ngefans banget sama Maudy sampe ke lokasi pake kaos ini, hehe.
dokumen pribadi |
Komentar
Posting Komentar
You may say anything about me, because it is your right. And i also may say anything about you, because it is my right.