Pada suatu hari ada orang baru masuk dalam lembaga pendidikan
tempatku menimba ilmu selama ini. Waktu itu dia masuk setelah
istirahat-kebetulan guruku sedang
berhalangan untuk datang, jadi orang itu yang masuk. Dia mengatakan bahwa dia
akan menjadi operator di sekolahku, dan dia juga akan bantu-bantu akuntansi.
Ngebantu kita, katanya. Dia mau ngajarin Applikasi MYOB, sedangkan UKK kita
baru berakhir dan kita tak perlu mendalami MYOB lagi. Entahlah.
4 jam pelajaran dia habiskan untuk membicarakan macam-macam dengan
kita. Dimulai dengan perkenalan, mengartikan nama-nama kita, hingga
pengetahuan-pengetahuan yang lain, oya, juga tentang pengalamannya saat menjadi
pelajar dulu. Yang paling aku ingat bahwa dia pernah ngasih jawaban dia-yang
sebenarnya beda paket-ke temennya. Lalu, aku membuka suara.
“Berarti menolong dalam kejelekan dong, Pak?”
“Bukan. Kan kasihan, dia nggak bisa. Itu UN loh, kalo ujian biasa
nggak usah dikasih,”
mrzero66.blogdetik.com |
Intinya dia tetap ngeyel bahwa yang dia lakukan itu adalah
bukan suatu kejelekan, dan aku tetap ngeyel bahwa sampai kapanpun yang
namanya nyontek, nyontekin, ataupun contek-contekkan itu nggak
akan pernah bisa disebut sebagai suatu kebaikan.
Aku memandangnya sebal. Memang, aku benar-benar sebal sama dia
waktu itu. Aku tidak peduli meskipun aku dikatain sok suci. Aku tidak peduli.
Terserah meskipun yang lain mengikutinya, aku tak akan pernah mengikutinya
kalau itu menyangkut urusan kerja sama dalam ujian. Aku akan tetap di sisi
ustadzku. Karena memang sejak dulu ustadzku selalu melarang untuk bekerja sama
dalam ujian. Dapat nilai nol sekalipun itu lebih baik daripada nilai bagus tapi
bekerja sama, begitulah kurang lebih ustadzku berkata.
“Kasihan teman kamu...”
Bodo amat! Kenapa aku harus sepeduli itu? Dia aja nggak peduli dengan
gurunya, nggak peduli dengan pelajarannya, dan juga nggak peduli dengan
pendidikannya!
Aku dan mereka masuk di tahun yang sama, di hari yang sama, di jam
yang sama, kita sekolah dalam satu waktu yang sama, kita diajar guru yang sama,
kita memakai seragam yang sama, kita nulis sama-sama pakai pen, kita sama-sama
memulai dari nol. Bedanya, aku berusaha untuk serius dan paham sedangkan mereka
ogah-ogahan. Terus, saat ujian saya nggak mau nolong itu dinamakan teman brengsek,
sialan, nggak setia kawan, pelit, sombong, dan lain sebagainya? Begitu?
Katanya, penggal saja kepala teman yang tidak mau nolong saat ujian. Begitu?
Katanya bukan teman yang baik. Begitu?
Kamu tahu tidak, arti dari “teman baik”? Tahu, tidak!? Teman yang
baik adalah teman yang menunjukkan kebaikan kepada yang lain dan mencegah dalam
keburukan. Sekarang aku nanya, CONTEK-CONTEKKAN dalam ujian itu perkara baik
atau buruk? Kalo kamu jawab baik, sudahlah jangan baca tulisan ini lagi. Seringkali
pada zaman sekarang, teman yang mengajak kebaikan justru dicaci-maki dan
dibuang.
Aku bingung harus bagaimana lagi mengungkapkan betapa buruknya
contek-contekkan itu. Semakin sulit menyadarkannya karena banyak guru-guru
sekarang yang tidak pantas digugu dan ditiru yang justru mendukung bahkan
menyuruh para siswanya untuk melakukan hal itu. Yang lebih parahnya lagi, si
pahlawan yang katanya tanpa tanda jasa itulah yang mengusahakan agar siswanya
bisa melewati ujian dengan cepat dan benar. Dengan bayar joki, dengan nge-sms-in
siswanya jawaban yang udah dia kerjain soalnya, dengan..ah! Alhamdulillah,
sekolah saya mengharamkan hal itu. Jangan sampai ada guru yang merusak semua
ini. Hati-hati saya bisa melaporkan kamu ke kepala sekolah saya kalo kamu
berani nyuruh kita kerja sama saat ujian.
ahmadnasikun.wordpress.com |
“Belum tentu yang pintar nilainya lebih baik dari yang nggak bisa.
Yang nggak bisa, dapat dari si A, 5. Dapat dari si B, 5. Dan seterusnya.
Akhirnya nilai dia jadi yang terbaik,”
Nah itu, kamu ngomong sendiri, Pak. Curang kan berarti dia? Udah
sekolah ogah-ogahan, seringkali dia nyakitin gurunya karena dia nggak
memperhatikan, tugas nggak pernah beres, pokoknya bodo amatlah. Trus, pas ujian
dia kita tolong, kita bantuin. Akhirnya dapat nilai baik. Sebelum nyuruh kita
kerja sama, kamu mikir dulu nggak sih?
Pengecualian, seumpama dia udah sungguh-sungguh, segala upaya dia
lakukan untuk paham tapi tetep nggak mencapai itu semua, di kelas dia selalu
perhatikan dengan ikhlas, tugas selalu dia kerjakan meskipun pada akhirnya
banyak yang salah, intinya yang membuat dia belum bisa seperti yang lain adalah
takdir (bukan karena dia ogah-ogahan), mungkin di hati kita akan muncul ratusan
rasa kasihan ke dia, dan kalaupun menolong dia saat ujian dengan memberi
beberapa jawaban, kurasa tidak seburuk yang di atas tadi kasusnya.
Terkadang terlihat kok, mana yang hanya manfaatin kita dan mana
yang bener-bener membutuhkan bantuan. Terlihat kok, mana yang minta jawaban
karena dia ingin nilainya lebih baik dari kita (ingin mengalahkan kita dengan
memakai senjata kita), dan mana yang bener-bener ketakutan dan udah mentok
nggak bisa. Terlihat kok. Jadi, teliti dulu sebelum menolong. Bukannya
berprasangka buruk, tapi kata kepala sekolah saya, “nggak ada salahnya kan kita
mengantisipasi?”
Tapi ya, sepertinya...seseorang dalam kasus kedua (nggak bisa
karena takdir), dia akan mengerjakan ujiannya sendiri meskipun dia tidak yakin
akan kebenaran jawabannya. Dia sudah berusaha. Sudah berdo’a juga (kebanyakan
yang seperti ini, tak pernah lupa berdo’a). Dan akhirnya dia tawakal. Inilah
yang diajarkan agama islam. Do’a, usaha/ikhtiar, dan tawakal/pasrah. Kurasa,
dia nggak akan ngerecokin temennya kok.
Maaf loh, untuk paragraf-paragraf yang awal. Saya tidak bermaksud
gimana-gimana. Saya hanya nggak terima saja dengan penghalalan contek-contekkan.
Begitu saja. Mengertilah, setiap orang memiliki hal-hal yang sangat ingin dia
hindari untuk dilakukan. Milikku dan milikmu berbeda. Yang kamu halalkan dalam
hidupmu, mungkin yang aku haramkan dalam hidupku. Masing-masing memiliki alasan
kuat mengapa melakukannya dan mengapa menghindarinya. Jangan memaksaku untuk
melakukan yang kamu suka, sebaliknya aku juga tidak akan memaksa kamu melakukan
apa yang aku suka.
Saya pernah nih mengalami sejenis ini. Bukan nyontekin karèna saya sudah nggak sekolah lagi (sudah emak2 he2). Tapi pernah dimintain tolong tetangga untuk copy jawaban UN pake printer rumah :D
BalasHapuswalah! bisa-bisanya jawaban UN :D. saya juga pernah dimintain tetangga yang notabene adik kelas saya untuk ngerjain UTS English online miliknya.. Ya..saya menyesal :D hehehe...
BalasHapus